Minggu, 17 Oktober 2010

Len's Secret Journal



A/N : Sa! Hi-chan keluarin fic baru lagi nih, dan lagi-lagi… Len/Rin. Tapi kali ini aku bikin triangle love deh KAYAKNYA, Len/Rin/Mikuo :P aih, triangle tuh kadang bikin kesel kadang bikin gereget ya 'kan? *dirajam*ya, mood-nya lagi pingin bikin Len-kun tersiksa *disumpel pisang* karena alasan itulah Author bikin fic ini! (yeah!) oke, happy reading?

Disclaimer : Yamaha corp and Cyrpton corp. 

Pairing : Len/Rin/Mikuo

Chapter 1 begin!


Len's Secret Journal About Rin

Len's POV

"Syalala~~~"

"..."

"Syalalala~~~"

"…"

"Syalalalala~~~"

"…"

"Syalala—"

"Rin, dari tadi kau bersenandung terus. Bisa diam tidak? Aku sedang konsentrasi dengan PR-ku." Aku berseru dengan suara tertahan karena amarahku yang sedikit meluap. Rin Kagamine, Kakak kembarku yang manis—ehm, Kakak kembarku yang galak itu, sedari tadi bersenandung dengan suara yang kurang sedap didengar, seperti seolah-olah sengaja menggangguku. Rin yang mendengarku berseru segera berhenti bersenandung dan menyipitkan matanya ke arahku.

"Oh, maaf Len. Tapi… apa kau tidak senang melihat kakakmu ini bahagia?"

"Bukan begitu Onee-chan… Aku selalu mendoakan kebahagiaanmu—"

"Eng?"

"Ma… maksudku, aku selalu berharap Rin bahagia, tentu saja, tapi bukan berarti harus mengangguku yang sedang berkonsentrasi 'kan?"

"Oh, jadi aku mengganggumu."

"Bu.. bukan begitu, eh… maksudku…" Aku merasa cara bicaraku kacau sekali. Rin lalu tersenyum manissss sekali kepadaku, tentu saja tanpa perintah kedua pipiku memanas. Bukan saatnya merona! Aneh sekali kalau Rin tidak marah setelah kubilang pengganggu.

"Karena aku sedang senang aku akan mengalah. Baiklah Len, aku pergi dulu. Kerjakan saja pekerjaanmu." Rin beranjak dari tempat tidur yang sering kami gunakan bersama untuk tidur dan melangkah ke arah pintu untuk keluar. 

Setelah Rin berlalu aku segera mengeluarkan sebuah buku yang kusembunyikan di bawah tumpukan buku-buku pelajaranku. Sampulnya berwarna biru dengan tulisan yang tertulis di bagian atasnya, Len's Journal Book.

Aku tersenyum kecil sembari menatap buku yang kugenggam erat di kedua tanganku ini. Setelah puas memperhatikannya aku membuka halaman di mana terakhir aku mengisi buku jurnal ini. Terakhir aku mengisi pada tanggal 5 Agustus, dan sekarang sudah tanggal 15 Agustus, berarti selama 10 hari aku tidak mengisinya.

"Oke, Len. Jangan malas mengisi jurnal, buku ini bisa menjadi kenangan indah ketika aku sudah tua. Kenangan di mana aku… Masih bersama Rin." Aku menghela nafas berat memikirkan hari di mana aku harus berpisah dengan Rin-ku. Kami adalah saudara kembar, tentu kami tidak bisa bersama terus walau pun kami mau, karena kami adalah saudara yang memiliki wajah dan darah yang sama. Kami-sama, ini kejam sekali. Padahal aku begitu menyanyanginya.

"Suatu saat Rin pasti akan menemukan pasangan yang bersanding di hatinya. Uh, memikirkannya saja membuatku mulas. Sudahlah, aku fokus saja ke jurnal ini jadi aku bisa meneruskan mengerjakan PR." Aku mulai menorehkan tulisan di atas kertas buku jurnalku.

15 Agustus 2007, Rabu
.
Hari ini adalah hari yang cerah. Hatiku pun ikut cerah karena bisa melihat kembali senyuman Rin yang manis, hem, bukankah baik kalau adik menganggap senyum kakaknya manis? Tapi aku melihat kemanisannya melebihi perasaan seorang adik ke kakak-nya, hal yang tidak wajar. Hah… lagi-lagi aku menuliskan hal yang sama. Pagi ini aku dan Rin berangkat ke sekolah seperti biasa, ada hal buruk dan baik yang terjadi. Salah satu hal yang buruk adalah tatapan anak-anak breng*piip* yang begitu menelanjangi Rin-ku, mungkin orang yang bersangkutan tidak menyadarinya, tapi aku sebagai adik dan orang yang menyukainya pasti akan menyadarinya. Hal buruk kedua adalah aku bertemu lagi dengan Neru Akita dari kelas sebelah, kenapa dia begitu terobsesi padaku padahal sudah ribuan kali aku mengatakan padanya kalau aku tidak menyukainya?

Sekarang aku mau memberitahukan hal-hal baik yang terjadi. Yang pertama adalah, wali kelasku memanggilku dengan tiba-tiba saat jam istirahat (sebenarnya agak sebal juga karena menganggu waktuku bersama Rin) ternyata dia mau memberitahukanku sebuah kabar baik, aku menyandang peringkat satu di ujian semester kali ini dari seluruh angkatanku. Hm… Jerih payahku tidak percuma juga. Tapi sangat disayangkan karena ketika aku bertanya tentang nilai Rin wali kelasku hanya menggeleng sambil menghela nafas. Lalu hal baik yang kedua adalah, Rin terlihat bahagia hari ini. Dan hal itu pun membawaku pada kebahagiaan juga. Tapi… aku tidak tau alasannya begitu senang, padahal biasanya dia cerita. Mungkin sebaiknya aku mencari tau. Untuk hari ini aku cukupkan dulu.

-sign,

Len.

Setelah menorehkan tanda tangan di bawah kalimat paragraf terakhir aku segera beranjak dari meja belajar. Aku begitu penasaran dengan hal yang membuat Rin bahagia hari ini, sampai-sampai aku melupakan PR-ku. Aku menelusuri tangga untuk turun dan langsung menuju ruang dapur, karena aku mendengar senandung Rin yang keras berasal dari ruang dapur. 

Aku melongokan kepalaku ke dalam, di sana ada Rin yang sedang mengupas jeruk dan Meiko-nee yang meminum sake.

"Kenapa kau terlihat senang sekali hari ini Rinny?" tanya Meiko-nee tiba-tiba. Aku menghentikan langkahku dan segera mundur beberapa langkah dari dapur, setelah yakin kehadiranku yang tidak akan disadari aku merapatkan diri ke dinding. Mencoba mencuri dengar.

"Ahaha… Meiko-nee sadar ya? Hm, kenapa Len malah tidak sadar pada perasaan senangku? Agak mengecewakan." Komentar Rin. Kata-katanya begitu menusukku. Dasar Rin, kenapa dia tidak sadar kalau aku tidak memperhatikan apa-apa kalau sudah berada di depan meja belajar?

"Benarkah? Kukira dia adalah orang yang paling memperhatikanmu." Meiko-nee membalas, kali ini kata-kata Meiko-nee membuat jantungku seakan seperti genderang. Rin tersenyum.

"Yah, dia 'kan adik kembarku. Keluarga terdekatku, tentu saja dia memperhatikanku." Rin ini sebenarnya bebal atau apa sih. Diriku memaki Rin dalam hati. Tapi kebebalan Rin membawa kelegaan juga.

"Kembali ke pokok pembicaraan, apa yang membuatmu senang hari ini, Rin?" kembali kupasang telinga untuk mendengar apa yang akan Rin jawab, karena aku pun penasaran dengan alasan kegembiraan yang Rin rasa sampai-sampai dia bersenandung begitu keras.

"Ehehe, tadi aku mengajak Mikuo-kun untuk menemaniku ke toko buku."
Aku merasakan sesuatu yang ada di dalam hatiku terbakar. Mikuo Hatsune! Adik kembar Miku-nee, kenapa Rin mengajaknya ke toko buku? Kenapa tidak dia ajak saja aku, adik kembarnya? Apa Rin menyukainya? Kenapa aku tidak tau? Kepalaku begitu terasa pening, namun segera kukembalikan kesadaranku setelah mendengar Rin yang akan mengatakan sesuatu lagi.

"Dia…"

"Len! Sedang apa kau di depan pintu dapur?" Aku terlonjak kaget mendengar seseorang yang berteriak di belakangku. Kuputar tubuhku untuk melihat siapa yang berteriak, Miku-nee.

"Eh, hallo…"

"Ada apa Len? Wajahmu pucat."

"Ti… Tidak apa-apa, aku ada PR, tapi tadi aku kesulitan jadi… Aku harus menyempurnakannya! Sampai nanti, Miku-nee!" Aku segera berlari melewati Miku-nee menuju ke atas, menuju kamarku dan Rin. Pelupuk mataku terasa berat. Setelah sampai di depan pintu kamar segera kudorong dengan kasar agar aku dapat langsung menerobos masuk ke dalam. Kurebahkan punggungku di atas tempat tidur, nafasku terasa terengah-engah.

"Rin…" gumamku. Aku yang merasa agak nyaman setelah berbaring segera memejamkan mataku agar keningku yang berdenyut-denyut segera pulih. Kubuka kembali kedua mataku dan segera meraih kembali jurnalku yang tadi belum sempat kusembunyikan. Kuambil pensil dari dalam tempat pensilku yang berwarna kuning dengan motif pisang yang kupikir lucu. Kembali kutulis sesuatu di dalamnya.

15 Agustus 2007, Rabu.

Keterangan tambahan untuk hari ini : Hari ini bertambah satu lagi hal yang kuanggap buruk, yaitu Rin mengajak laki-laki lain untuk pergi bersamanya. Apakah sudah waktunya? Akankah ini adalah waktu di mana aku harus kehilangan Rin?

-sign,

Len.

Kututup kembali jurnal itu dengan perasaan yang berat. Setelah beberapa saat dalam keheninganku sendiri kukembalikan lagi buku jurnal itu pada tempatnya. Kubaringkan lagi punggungku di atas tempat tidur yang empuk, mataku yang berat terasa bercampur dengan perasaan mengantuk. Tak kuasa menahan kantuk kupejamkan kedua mataku untuk tidur. Tempat di mana aku bisa memimpikan Rin yang membalas perasaanku. Tempat di mana takdir kejam ini, di mana takdir berkata bahwa aku adalah adik kembaran Rin, tidak akan menghantuiku.

To Be Continued…


A/N : huwaaaa…. Poor Len, poor Len. T.T aku yang nulis sendiri malah sedih sendiri *dilempari botol* aku sebel deh sama fic yang bikin Len-kun menderita. (Len : kau yang bikin kok!) hm… okelah kalau begitu TwT hem, fic ini adalah fic yang telah aku hapus dari FFn. Karena aku merasa sayang kalau ga dipublish ya udah aku publish aja ke blog. Oke, minta komentarnya dong? http://www.emocutez.com

2 comment:

Githa's blog~ mengatakan...

hehe bagus!
twincest alert hehe
ku tunggu update nya minna-san!
maaf telat bru nemu blognya
hehe
gomen

Anonim mengatakan...

Bagus^.^.^ tp lanjutin dong, penasaran hehehe^^.^.^

Posting Komentar