Sabtu, 11 Desember 2010

The Truth of Life

A/N : wai....... fic baru nih!!!! Hehehe..... kemarin memang aku bilang males buat nge-post entri tapi ternyata aku masih punya fic yang nyungsep, jadi kupikir mending di-post aja!!! :D

Len : Hei...

Author : ..... Ngapain ke sini?

Len : Lho? Yang main di fic ini 'kan aku? Kalau aku ga di sini gimana cerita bisa jalan?

Author : Ya, ya.... whatever  sekarang yang penting mana kembaranmu?

Len : Rin-chan? Tuh, di situ...

Author : Mana? WAAAAAAAAA!!!!

Len : ...... =.=
   
Rin : Mau eksis? Jangan lebay plis!!! *uhuk* daripada itu. Ayo segera kita muuuulaaaai!

Disclaimer : Yamaha corp and Crypton corp







The Truth of Life
Chapter 1


"Rin Kagamine!"

Kudongakan kepalaku untuk melihat siapa yang begitu seenaknya memanggil namaku dengan kasar. Wajah angkuhnya terlihat begitu memuakan di mataku. Rambutnya yang berwarna kuning diikat tinggi ke samping. Matanya yang senada dengan warna rambutnya berkilat-kilat menatapku, dengan seringai jelek yang diperlihatkannya.

"Apa maumu, Neru Akita?"

"Ew… Kenapa kau memanggil namaku begitu lengkap? Kita 'kan teman!" setelah menyelesaikan kata-kata itu tawa mengejeknya meledak, disusul dengan kedua temannya yang-entah-siapa-namanya-aku-tak-peduli.

Kupandangi matanya dengan kesal, dia terlihat agak ketakutan sedikit dengan tatapanku yang ganas. Dia dan kedua temannya mengambil langkah mundur sekitar dua langkah. Heh, pengecut!

"Bagaimana aku bisa memanggil nama kecilmu sedangkan kau selalu memanggil namaku dengan lengkap! Sekarang, minggir kau!" kudorong tubuhnya ke samping dengan sebal, dia menurut saja dan memperhatikanku dengan tatapan kaget. Setelah aku sudah berada di luar kelas, tepatnya di lorong, dapat kudengar suara teriakan Neru Akita yang begitu jelas dari arah kelas.

"Ahaha, teman-teman! Kalian lihat tidak tindakan anarkis-nya? Dia mau bolos pelajaran tuh~ Kalian bisa lihat 'kan betapa berbedanya dia dengan adiknya yang manis?"

Setelah teriakan Neru Akita, dapat kudengar respon dari teman-teman… Kuralat, bukan 'teman-teman' tapi 'orang-orang' di kelasku, "Bagus sekali Neru! Kalau anak itu ada di kelas, kita tak akan bisa tenang!" atau, "Memang berbeda sekali yah walau katanya Kagamine itu kembar!"

Karena muak dan tidak mau mendengarkan mereka bersenda gurau membicarakan diriku DAN adikku, aku berlari menyusuri koridor yang panjang menuju atap sekolah.


Kuperhatikan arak-arakkan awan yang melintas dengan tenang di atas kepalaku. Tatapanku terasa kosong karena bingung apa yang harus aku pikirkan saat ini. Setelah sekitar tiga puluh menit memperhatikan langit tanpa mengerjakan apa pun, dapat kurasakan ada seseorang yang menepuk pundakku. Kutolehkan kepalaku ke belakang untuk melihat siapa orang yang menyentuhku seenaknya. Dua orang laki-laki yang tidak kukenal. Mereka tersenyum melihatku, namun aku hanya menatap mereka tanpa berkata apa-apa atau membalas senyuman mereka.

"Hallo, tumben ada cewek manis bolos sendirian? Mau kami temani?" tanya anak laki-laki yang tadi menepukku. Aku segera mengarahkan pandanganku kembali ke awan tanpa menggubris mereka. Dapat kubayangkan ekspresi wajahnya karena kuacuhkan.

"Kau ini pasti dengar 'kan? Apa kau mau menguji kesabaranku—"

"Tunggu! Bukankah cewek ini orang yang berhasil mengalahkan pentolan sekolah sebelah! Kalau tidak salah… Rin Kagamine! Kakak dari Ketua OSIS kita itu, Len Kagamine!"

Aku mendelik setelah mendengarnya menyebut nama Adik kembarku, aku benci kalau harus mendengar namanya! Maka aku berdiri dari tempatku duduk bersila dan memandangi kedua laki-laki di hadapanku dengan tatapan dingin.

"Kau tau tidak… Kalau pentolan di sekolah sebelah itu harus masuk rumah sakit selama seminggu setelah dia dengan soknya menantangku?" kali ini aku memberikan senyumanku pada mereka, namun aku yakin mereka bukan terpesona namun ketakutan.

"Ayo pergi!" mereka dengan saling mendorong lari terbirit-birit menuruni tangga untuk menjauhiku. Yakin mereka tidak akan kemari lagi, kembali aku duduk bersila dan menengadah ke atas langit. Sekali lagi dengan pikiranku yang kosong.

"…kau… Rin Kagamine?"

Hah… lagi-lagi ada yang menggangguku. Karena merasa kesal aku pun menoleh untuk kembali membanting orang yang mengganggu….ku? Eh?

"Kau Rin Kagamine ya? Dari kelas dua 'kan? Kenalkan, aku Mikuo Hatsune! Dari kelas tiga!" cowok berwajah manis itu tersenyum padaku. Entah sejak kapan kurasakan wajahku yang memerah. Dan lagi jantungku berdebar-debar.

"Kau…anak kelas tiga? Kenapa tau tentang aku?" senyumannya lenyap beberapa saat, namun kembali terkembang lagi setelah sadar aku menatapnya dengan bingung.

"Aku dengar gosip tentang kamu." Setelah dia mengatakan kata 'gosip' aku segera menundukan kepalaku. Menatap lantai. Tidak berani untuk menatap Mikuo langsung.

"Pasti…pasti itu gossip tak baik 'kan?" bisikku, namun aku yakin Mikuo masih bisa mendengarnya.

"Ya."

"…kau tidak merasa jijik padaku?"

"Kenapa jijik? Kau kan manis."

DEG.

"Eh?" kutengadahkan kepalaku kembali dan kudapati Mikuo yang masih mengembangkan senyumnya kepadaku, kembali kurasakan semburat merah di pipiku. Kenapa aku merasa aneh begini? Padahal lebih baik aku tidak berurusan dengan orang lain! Dengan pemikiran itu aku segera melangkahkan kakiku untuk pergi meninggalkan tempat, namun kurasakan seseorang yang menangkap tanganku. Mikuo.

"Ada apa?" tanyaku, berusaha sedingin mungkin.

"Aku…aku ingin berkenalan denganmu, Rin. Maukah jadi temanku?"

"E…eh?"


"Aku pulang." Aku berseru lesu sambil membuka pintu rumah. Pundakku terasa pegal karena tadi setelah bertemu dengan Mikuo aku pergi kencan dengannya sampai sekarang, pukul sembilan malam. Belum sempat aku melepas sepatu kulihat Okaasan berdiri di hadapanku dengan dahi yang berkerut, tanpa mempedulikannya kulepas sepatuku dan kuletakan di rak sepatu di samping kiriku. Kulewati Okaasan tanpa berkata apa-apa, setelah kulangkahkan kakiku beberapa saat Okaasan memanggilku dengan suara yang menggelegar,

"Rin, ke mana saja kau sampai malam?" langkahku terhenti karena panggilan yang tiba-tiba itu, namun tanpa berkata apa-apa aku mulai menjejakan kakiku ke tangga untuk pergi ke kamarku di atas. Tapi tentu saja Okaasan tidak akan membiarkannya dan mencengkeram pundakku dengan keras.

"Aduh!" aku mengaduh dengan spontan, Okaasan mendorong tubuhku sampai aku terduduk di lantai. Matanya yang biru menatapku dengan tidak senang. Kubalas tatapannya dengan tatapan termautku.

"Ada apa?" tanyaku dingin. Kulihat wanita di hadapanku menghela nafas panjang sambil memegang kening. Setelahnya Okaasan kembali menatapku dengan garang.

"Aku tanya, kenapa kau pulang malam? Ke mana saja?"

"Aku ke Game Center, hanya itu. Boleh aku kembali ke kamar?" aku berbohong pada Okaasan.

"Diam dan dengarkan dulu kalau Okaasan berbicara! Kau tau tidak kalau tadi aku dapat laporan dari sekolah lewat telepon?"

Aku tidak merespon. Pandanganku tidak lagi pada mata Okaasan tapi entah ke mana yang pasti bukanlah mata 'itu' yang sedang berkilat marah. Kurasakan rambutku yang dicengkeram agar pandanganku kembali menatap Okaasan.

"Lepaskan aku!" seruku kaget. Kucoba bergulat dan berhasil, akhirnya wanita itu melepaskan cengkeramannya. Dia melangkah mundur dan menatapku dengan tak percaya, aku hanya diam dan menatap lantai dengan alis yang kembali berkerut.

"Kau sudah mulai berani pada Ibumu, Rin, entah apa yang mengubahmu. Hal ini bukanlah hal yang dapat ditolerir… Hari ini aku dapat telepon kalau kau membolos LAGI. Padahal kau tau kalau nilaimu di akhir semester kemarin paling rendah di kelas 'kan? Kau juga katanya bertengkar dengan beberapa siswa dari sekolah lain."

Aku masih menatap lantai, tapi kerutanku sudah tidak kutampakan. Hanya ada tatapan kosong.

"Kenapa kau tidak bisa seperti Len?"

BITZ!

Kembali kukerutkan alisku. Kudongakan kepalaku agar aku bisa berhadapan langsung dengan Okaasan.

"Jangan bawa-bawa nama Len! Aku tidak sudi mirip dengannya walau kami kembar!" aku segera berdiri dan berlari secepat mungkin. Kudengar teriakan Okaasan memanggil-manggil namaku tapi aku tak peduli. Setelah sampai di depan pintu kamar aku segera membukanya dengan kasar, di dalam kulihat Len yang menatapku dengan mata terbelalak. Oh sial! Bagaimana aku lupa kalau 'bocah ini' masih sekamar denganku!

"Rin-nee, kau baik-baik saja?" tanyanya. Suaranya adalah suara terlembut yang kurasakan hari ini, begitu pula hari-hari sebelumnya. Hanya Len yang bertanya dengan penuh perhatian dan lembut padaku. Tapi hal tersebut tidak membuatku terlena dan memupuskan kebencianku padanya.

Tanpa berkata apa-apa aku membuka lemari pakaianku yang terpisah dengan milik Len. Kuambil gaun tidurku yang berwarna merah, aku melirik pada Len yang masih memperhatikanku dengan tatapan bingung.

"Kau mau melihatku sampai kapan, bodoh? Aku mau ganti baju."

"Go-gomen!" dengan wajah yang memerah dia segera berbalik menghadap tembok. Aku tersenyum kecil melihat ulahnya. Aku benci mengatakannya, tapi memang Len itu manis sekali. Tidak seperti diriku. Aku segera mengganti pakaianku dengan pakaian tidur secepat mungkin, setelah selesai kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur di samping Len. Dia yang yakin aku sudah selesai kembali berbalik dan menatapku. Aku tidak mempedulikannya dan mulai menutup kedua mataku.

"Rin-nee…"

"…"

"RIN-NEE!"

"…"

"…Rin-chan…"

"Berhenti memanggilku dengan embel-embel 'chan'. Sudah berapa kali kukatakan kalau aku sudah muak dipanggil akrab olehmu." Kataku sadis. Aku berharap kalau Len akan marah atau membentakku seperti yang orang lain lakukan setelah kuperlakukan dengan kasar, namun seperti biasanya, dia hanya tersenyum memperhatikanku.

"…Senyum-senyum seperti orang bodoh." Aku berbalik agar punggungku menghadap Len. Kututup kedua 
mataku rapat-rapat. Dapat kurasakan air mata mulai keluar dari pelupuk mataku dan mengalir menyusuri kedua pipiku. Beberapa saat kemudian aku tertidur dengan air mata yang masih membekas di kedua pipiku karena belum kuusap.

To be Continued...



A/N : Ah..... Selesai!!! Bagus...bagus.... ngomong-ngomong.... Aku belum nge-post cerita ini ke fanfiction.net lho.... Kira-kira post aja apa enggak ya?

Rin : Jangan ah, ga jelas banget ceritanya. Yang malu tuh yang main tau.

Author : O...oh ya?

Len : Ya.

Author : Udah untung gue jadiin tokoh utama.

Len and Rin : Kalau di fic gaje sih rasanya ga ada untungnya.

Author : .....Yang penting.... komen? 




6 comment:

Anonim mengatakan...

S-Sebelumnya salam kenal..., ._.
Saia reader dari Fandom Vocaloid Indonesia... Dan....
KENAPA AKU GA PERNAH BACA YANG KEA GINI? #plakk
M-Maksudku... Cerita/Fic ini bagus loh... Dan..., aku pengen kamu publish di FFn... Yang Len's Secret Journal juga...
Tolong di publish ya.., ^v^

Sign,
Anonymous

Hikari Kamishiro mengatakan...

Salam kenal :D wah ada yang baca fic saya! *girang*
Reader FVI ya? Punya akun di FF tidak?
*blush* makasih banyak~ *peluk2* aku pingin sih nge-publish fic ini. Tapi sayang banget tiga chap ke depan buat fic ini itu udah hilang seperti asap! *diketok* jadi~ yah, u know lah... Kan rada2 males buat nulis lagi TT___TT
Buat Len's Secret Journal pernah sekali ku-publish di FFn tapi segera kuhapus lagi. Karena alasan. Yah ._. kurang ada yang berminat. Membuatku hilang minat juga ama fic satu itu *plak*
Tapi bakal kuusahakan nge-publish fic baru yang lebih te-o-pe dah XDDD ditunggu aja ya, err... Anonymous-san :D

Namanya siapa ya ^^;a

Anonim mengatakan...

Owhh..,
Gitu yiia.., #ngangguk-ngangguk
Yap! Saia readers & author di FVI juga.., ,meski belum lama sih~..,
Nama akun saia Chisami Fuka~..,
Soal males ngetik.., kadang Saia juga sih~.., hehehe..,
Okee de.., saia tunggu yaa! Wajib di publish ya~!

O yiaa.., nama akunnya apaa?

kuroi_yuki mengatakan...

konbanwa hikari-san...
ano, gomen,, aku barusan baca ffnya, keren deh,
ini ff nya udah di publish blm y?? kok ga prnh lihat aku,, n sambungannya????

eehh blm knln, hmpr lupa,, salam knl ya aku baca2 ff kamu d blog ini apalagi ttg kagamine, ughh seandainya dri dlu ketemu :D

Anonim mengatakan...

GYAAAAAA!! MIKUOXRINXLEN!!!! #haremlovernyakumat
Um... ini belum ada lanjutannya ya? .-.
Btw, salam kenal....
Ini... ga ada di FFN ya? Soalnya kalau ada RinLen pasti kuborong #disetrika

Rani Puspanindya mengatakan...

Lanjutin ya thor cerita truth of life nya ,ceritanya seru banget,keep writing lanjut kilat

Posting Komentar